"Mengemis itu Hina"



Bismillahirrahmaanirrahim
tidak ada kata-kata yang pantas terucap di lisan ini, walaupun kata-kata itu dihiasi dengan intan dan permata,sesungguhnya itu semua jauh pandang dari api neraka. selain mengucapkan Segala puji puji-pujian itu hanya milik Allah swt. yang telah memberikan kepada seluruh manusia kenikmatan dari kenikmatan itu sendiri.

Rasulullah saw pernah Bersabda "tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah" Sebab, memberi simbol kemurahan hati dibanding menerima atau mengemis yang hanya cukup menunggu belas kasihan orang lain tanpa jerih payah yang berarti. Mengemis menggambarkan budaya malas yang menandai hilangnya tradisi kerja keras. Selalu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah.

Mengemis merupakan potret mentalitas yang rapuh dan putus asa.  Padahal dalam hidup ini hampir tidak ada satu cita-cita pun yang bisa diperoleh secara cuma-cuma. Semuanya menuntut kerja keras. Keenakan mengemis dan meminta hanya membuat pelakunya menyerahkan hidup pada nasib dan keadaan tanpa mau berjuang dan merubah nasib. 

Demikian realitas bangsa kita kini. Semuanya menjadi pengemis. Mulai dari pengemis di kalngan pejabat yang terus mengemis lembaga keuangan internasional, pengemis recehan di jalanan, maupun pengamen di bis-bis. Di saat krisis melilit seluruh elemen bangsa, mengemis seolah menjadi profesi tanpa harus risi meski harus menanggalkan harga diri dan kekayaan negara. 

Rasulullah menganjurkan kita agar menjauhi diri dari mengemis, meminta-minta, dan berutang (gharimin) karena hanya membuat diri kita tersiksa setiap siang dan malam. Malam hari dilanda gelisah, siangnya merasa hina. 

Marilah bersama-sama membudayakan tradisi kerja keras dalam menghadapi persoalan hidup yang semakin kompleks ini. Kita bisa terkeluar dari krisi yang berkepanjangan seandainya kita mau menyadari bahwa bermalas-malasan akan membuat martabat diri kita terpuruk. 

Belajarlah sejak dini untuk senantiasa menghargai waktu sebaik-baiknya. Suatu komunitas tidaklah akan berubah kondisinya selama kaum itu sendiri yang mau sadar untuk mengadakan sebuah perubahan (Qs.13: 11). 

Biasakanlah menerima imbalan bukan karena belas kasihan melainkan karena prestasi dan kerja keras. Sumber daya alam ternyata bukan segala-galanya, yang terpenting adalah mentalitas SDM yang menjadi aset utama sekaligus bekal mentalitas menuju bangsa yang bermartabat
Previous
Next Post »